Warso dan Vina 03

Saat itu Vina masih membiarkan Warso meraih tangan dan meremas jemarinya yang halus dan lembut itu. Bulu kuduknya pun merinding karena ia tidak pernah dipegang laki2 lain selain suaminya. Namun ia masih mentolerir tindakan sopirnya itu yang ia anggap orang tua yang harus ia hormati. Namun mendengar pengakuan jujur Warso itu, mimik wajah Vina menjadi bersemu merah menahan kaget dan marah juga pedih. Wajahnya yang putih itu berubah bersemu merah. Ia tau maksud dari perkataan pembantunya itu.Iapun tidak menduga kata-kata yang keluar dari mulut orang yang selama ini ia anggap sebagai pelindung dan pembantunya itu. Namun tangannya masih di genggamWarso. Dalam kebisuan dan kebingungngannya saat itu Warso pun berusaha mencium jari tangannya yang halus. Jelas sekali bahwa pembantunya itu ingin mereka berdua berselingkuh dan menghendaki hubungan yang intim antara pria dan wanita. Dengan sedikit hentakkan Vina menarik tangannya dari pegangan Warso dan menampar pipi laki-laki tua itu. Sambil berbalik ia berlari kearah kamarnya.Vina merasa malu karena Warso dengan berani memegang tangannya. Ia terlihat kecewa dan bingung. Dikamarnya ia hempaskan tubuh rampingnya kearah ranjangnya. Ia merasa menyesal telah menampar Warso. Seumurnya belum pernah bertindak kasar. Jangankan menampar berkata kasarpun tidak pernah dilakukannya. Rasa bersalah itu telah menggerogotinya. Warso mendapat perlakuan itu mejadi kaget dan bercampur rasa marah. Seumurnya belum pernah di tampar oleh wanita apalagi dengan telak seperti itu. Namun ia ingat kata-kata dukun yang telah memberi tahukannya tentang kemungkinan itu. Iapun bisa menerimanyan meski pipinya sedikit perih namun rasa optimisnya muncul dan tidak lama lagi ia akan berpesta diatas tubuh Vina yang cantik dan sintal itu. Setelah mendapatkan perlakuan telak dari Vina itu membuat Warso berjalan ruang dapur dan mengunci pintu dari dalam sebab ia akan berada didalam rumah induk itu hingga pagi hari. Sebab bagaimanapun ia malam itu harus bisa menaklukkan Vina baik secara lembut atau kasar. Iapun bertekat akan menghantarkan Vina sampai puas dalam behubungan sex, iapun tidak akan memberi waktu Vina untukmengenakan pakaianannya selama ia dalam kamar itu. Sebab telah diberi lampu hijau oleh dukunnya dan guna gunanya telah mulai bekerja. Selesai mengunci iapun lalu kembali kedalam ruang tengah menuju kamar Vina yang ia lihat tidak tertutup rapat . Berarti secara tidak langsung Vina mengundangnya masuk kamar. Namun saat ia berjalan itu terdengar deringan telpon. Ia tidak berani mengangkat. Dan lalu ia panggil Vina. "Bu....! bu... Vina! Ada telpon nih..." sahutnya dari luar kamar. Tidak lama kemudian terlihat Vina keluar kamar dengan mata sembab dan sisa air mata yang ia hapus. Ia angkat gagang telepon itu. Rupanya Indra suaminya ditelepon itu. Kemudian mereka terlibat pembicaraan dan di tutup kembali oleh Vina setelah terlebih dahulu memberi kecupan sayang pada suaminya lewat telepon itu Warso masih di ruangan itu dan sempat mendengar pembicaran mereka. Rupanya Indra memberitahu bahwa ia sedang dalam perjalanan. Selesai meletakkan gagang telpon Vina berbalik dan mengucap terima kasih pada Warso. "Trima kasih pak..." katanya, dengan suara sengau. "Maafkan saya tadi ya pak? tadi saya terlalu emosi. Dan kejadian barusan tidak pantas untuk kita pak! apalagi saya kan seorang istri dari majikan bapak yang harus bapak lindungi dan jaga juga secara tidak langsung atasan bapak!" terang Vina lagi. "Iya bu...saya tahu dan mengerti bu," jawab Warso. "Tapi saya tidak kuasa menahan gejolak rasa dalam diri saya yang slalu datang itu bu, apa salah saya secara langsung mengeluarkan uneg-uneg bu?" jawab Warso pada Vina sambil mendekat. Ia lalu meraih bahu Vina. Vinapun menepisnya dan berlalu kekamar sambil memandang tajam padanya. Vina lalu duduk di depan kaca hiasnya dan memandang kekaca itu. Ia tahu Warso mengikutinya kedalam kamarnya. Sambil menyisir rambutnya yang kusut saat ia hempaskan tubuhnya di ranjang yang luas itu, iapun berkata. "Pak.... kenapa bapak mengikuti saya? Apa..yang bapak inginkan pak..? Jangan pak! Saya tidak ingin berkhianat dan menyeleweng dari suami yang saya cintai. Saya takut pak? Ini dosa besar pak? Apalagi cuma kita berdua dikamar ini bukan suami istri..!!" terang Vina sambil sesegukkan menahan rasa sesal dan kecewa yang amat sangat. "Bapak tahu sendiri khan?" terang Vina. Mendengar kata-kata itu Warso terus berjalan kearah tempat duduk Vina. "Bu...!" jawab Warso. "Saya menyayangi ibu?" "Saya tahu ibu tidak bahagia... saya yakin bisa mengisi kegersangan bathin.. ibu itu... meskipun saya tidak sekaya den Indra." terang Warso. Vina berbalik... "Kenapa bapak bisa bilang saya tidak bahagia? Apa hak dan urusan bapak? Bagi saya... kebagiaan itu telah saya rasakan dan saya tidak menuntut yang macam-macam...." terang Vina dengan sengit. Lalu Warso meraih bahu Vina dan memandang matanya dalam dalam. "Saya tahu ibu tidak pernah bahagia sebagai wanita apalagi dengan urusan diatas ranjang... bathin ibu selalu gersang, benar khan? Ibu jangan munafik dan menyembunyikan masalah itu, bu? Apalagi sampai saat inipun ibu belum juga hamil dan itu adalah idaman ibu juga khan?" serang Warso. "Apa itu yang dikatakan bahagia? Bu.... jangan ibu sembunyikan gejolak yang ibu miliki itu. Ibu masih muda, cantik dan berkecukupan. Saya bisa memberi apa yang tidak ibu dapatkan dari den Indra...." kata Warso dengan kurang ajar. "Ibu tidak harus berpisah dengan den Indra, dan kita melakukannya dengan rahasia. Selama ibu masih bisa menutup rahasia itu siapapu tidak akan tahu bu..?" terang Warso. "Dan lagian den Indra mengharap ibu hamil apalagi orangtuanya amat ingin, apa ibu ingin den Indra mencari wanita lain dan menduakan ibu?" serang warso lagi. Mendengar kata-kata terakhir dari sopirnya itu, membuat Vina kehabisan kata-kata pembelaan.Vina memang amat mencintai Indra ia tidak ingin cintanya diduakan suaminya. Dan memang hingga tahun ketiga mereka menikah dirinya belum juga memiliki keturunan. Ia semakin terpojok dan bingung untuk menghindar dari serangan kata-kata Warso itu. Keseimbangan pikiran sehatnya hilang. Ia seakan limbung dan mudah goyah. Dalam kebimbangannya itu, ia hanya duduk dan terpaku memperhatikan mata Warso yang berubah liar seperti harimau yang lapar kearah tubuhnya. Suatu kesalahan fatal telah ditambah Vina saat itu, dengan memandang mata Warso. Sikap diam Vina itu dikira Warso adalah penyerahan dirinya pada keadaan saat itu. Dengan cepat ia raih kedua pipi Vina yang halus dan mulus itu dengan tangannya yang kasar dan hitam berbulu itu. Lalu ia tarik wajah Vina kearah bibirnya dan dikecup dengan dalam dan penuh nafsu. Vina berusaha mendorong dan menghindar. Namun apalah dayanya. Syaraf motoriknya seakan lumpuh. Bulu-bulu halus ditangan dan tengkuknya berdiri merasakan aroma syahwat yang dipancarkan laki-laki tua itu. Ia pun larut akan ciuman dan permainan lidah Warso. Sempat ia ingin meludah karena jijik oleh aroma mulut Warso yang habis merokok itu. Namun ia tidak bisa menggerakan tubuhnya yang ramping karena ditempel ketat oleh Warso. Kuluman dan permainan lidah itu berlangsung cukup lama. Saat itu ludah Warso tertelan oleh Vina begitu juga sebaliknya. Kemudian mulutnya terus bermain disekitar dagu dan leher jenjang Vina. Warso sempat merasakan kelembutan dan kekenyalan payudara Vina yang menempel pada dadanya saat ciuman itu.Apalagi wangi tubuh yang dipancarkan dari aroma parfum issey miyake yang biasa dipakai Vina amat membuatnya semakin bernafsu pada tubuh mulus majikannya itu. Merasa tidak ada lagi penolakkan dari Vina, maka ia meningkatkan serangannya kearah payudara Vina yang masih tertutup kimono dan bra itu. Sebelah tangannya meraih payudara kiri Vina. Amat terasa sekali kelembutan dan kehalusannya. Vina hanya memejamkan matanya. Rasa penolakan dan bangkitnya nafsu saling muncul di kepalanya. Namun Vina seakan tidak mampu untuk mengadakan penolakan. Iapun lalu meraih kepala Warso yang beruban dan terlihat ketuaannya itu. Kimono sutranya telah acak-acakan karena kenakalan tangan Warso. Dan disuatu kesempatan Kimono yang halus dan lembut itu berhasil di lepaskan Warso dari tubuh ramping dan mulus itu. Kimono terlempar kelantai yang beralaskan karpet warna biru itu. Tubuh putih Vina terlihat berkeringat karena gejolaknya, padahal hawa dalam kamar itu cukup dingin karena AC dinyalakan. Aroma dalam kamar itupun memancing Warso untuk terus menikmati inci demi inci sekujur tubuh Vina yang merupakan majikannya itu. Begitupun yang terjadi pada diri Vina, ia tidak lagi sadar tentang apa yang akan terjadi pada dirinya saat itu. Segenap syaraf akal sehatnya seakan lumpuh dan melupakan dengan siapa ia bergumul saat itu. Dalam keasyikan dua jenis mahluk berlainan jenis yang berbeda usia dan status itu akhirnya membuat mereka sangat dekat. Gesekan kulit keduanya terasa nyata bagi Warso. Tanpa terasa keadaan tubuh Vina semakin tidak beraturan. Bagian penting dari tubuhnya hanya tertutup Bh dan celana dalam saja. Warso lalu menggiring Vina ke ranjangnya yang luas berbentuk antik dan empuk itu. Diranjang itu lalu ia baringkan tubuh yang sangat cantik dan menggoda itu dengan hati-hati. Vinapun menurut saat dibimbing Warso untuk rebah diranjang yang biasa ia pakai dengan suaminya itu. Vina pun terbaring di ranjangnya dalam keadaan tubuh yang basah oleh keringatnya sendiri akibat reaksi dari rangsangan yang diberikan pak Warso. Rasa malu didirinya ia ungkapkan dengan merapatkan kedua pahanya. Ia merasakan saraf dari alat vitalnya telah memberikan sinyal bahwa ia telah mulai bereaksi. Itu dirasakannya karena rasa basah pada organ intimnya yang siap untuk tahap selanjutnya. Warsopun lalu berdiri dan melepaskan pakaiannya. Iapun hanya meninggalkan celana dalam saja. Tubuh tuanya terlihat hitam legam dan masih kuat dan dipenuhi tato di lengan dan pinggangnya. Lalu ia naik keatas ranjang tempat Vina terbaring . Warso kembali meraih dagu Vina dan menghirup mulut mungil itu untuk beberapa saat. Disuatu kesempatan tangannya memilin payudara Vina yang kiri. Bra Vina saat itu masih melekat didadanya. Lalu tangan kiri Warsopun bergerak melepaskan pengait bh Vina yang sempat ia lihat bernomer 34b itu. Ia tahu bra Vina berharga mahal. Karena ia pernah melihat struk pembelian bra itu yang tercecer di rumah itu. Bra itupun ia letakkan ke pojok ranjang. Sekarang buah dada yang mulus dan putih itu telah terbuka seutuhnya. Seakan mengundangnya untuk menjamah dan memilinnya. Vina berusaha menutup payudaranya itu dengan tangannya,namun Warso berhasil mencegahnya. Dengan lemah lembut Warso memilin dada Vina dengan lembut lalu mulutnya pun menjilat puting Payudara yang kemerahan itu. Mendapat rangsangan dan kecupan mulut dar Warso membuat Vina seakan terbang keawang awang. Warso memperhatikan kedua bukit dada Vina amat putih jernih hingga menampakkan bilur merah aliran darahnya yang halus. Warso terus saja memilin payudara itu dan mengemutnya dengan mulut seperti bayi yang sedang menetek pada ibunya. Vina hanya meronta manja dengan menghentakkan kakinya ke sprei sedang tangannya meraih rambut Warso. Dengus dan rintihan manja keluar dari mulutnya yang mungil. Beberapa lama kemudian Warsopun puas dengan dada Vina dan wajahnyapun turun keperut terus berhenti di selangkangan Vina yang tertutup cd yang bermerek Wacoal. CD nya bewarna putih. Kain penutup itu terlihat basah. Warso tahu itu bukanlah keringat tapi air dari dalam kemaluan Vina yang keluar karena rangsangannya. Warso lalu memandang kemaluan Vina yang masih tertutup itu dari dekat. Bayangan rambut halus yang tumbuh disekitar liang kelamin itu tampak jelas. Warso mendekatkan wajahnya ingin menghirup aroma wangi dari kemaluan wanita cantik itu. Ia pun sadar Vina selalu menjaga kebersihan organ intimnya. Vina yang saat itu mengetahui Warso yang terus memandangi organ intimnya lalu semakin merapatkan pahanya. Rasa malu pada dirinya seakan ia tutupi dengan sikap demikian. Merasa Vina telah berada dalam genggamannya, Warso lalu berusaha melepaskan penutup itu. Ia ingin melihat isi kemaluan Vina dari dekat. Namun sikap Vina saat itu membuatnya berfikir lagi, dan timbulah akalnya untuk mencium kaki Vina. Warsopun menciuminya mulai dari telapak kaki lalu kebetisnya mulus dan ibarat mbunting padi dan putih bersih itu. Vinapun akhirnya lengah karena kedua betis dan pahanya dijilati oleh Warso. Warso tidak menyia nyiakan kesempatan itu. Salah satu jarinya langsung meraih karet yang melingkari pinggul Vina. Lalu ia tarik karet celana dalam yang basah sebahagian itupun lepas hingga lutut Vina.Vinapun masih sadar lalu ia berusaha merapatkan kembali pahanya. Usahanya sia sia sebab Warso telah memposisikan dirinya berada diantara kedua paha Vina. Hingga gerakan Vina itu menyentuh pinggang Warso. Kedua pahanya tidak dapat lagi ia rapatkan. "Oh.... a.a.aduh pak... jangan.... yang satu itu pak?..... Pak? jangan dimasukkan... aduh... Pak......" Mohon Vina pada Warso sambil merintih dan menangis. Vina sadar saat sesuatu yang terlarang akan terjadi dan akan merubah jalan hidupnya. "Tenang aja Bu? Ibu tidak akan saya sakiti." bujuk Warso yang saat itu kembali sibuk meremas dan memilin payudara Vina agar Vina kembali larut oleh nafsunya. Karena kedua kakinya telah terkangkang terbuka dan diantara kedua pahanya ada tubuh Warso. Vinapun terdiam dan kembali menerima suguhan kenikmatan yang diberikan sopirnya itu. Bagi Vina saat itu tiada pilihan lain karena iapun sadar jalan hidupnya akan berubah dan semua itu akan dituntun oleh Warso yang kini sibuk menjamahi setiap lekuk tubuhnya. Merasa Vina telah terlena,Warso lalu turun kearah kelamin Vina dan mendekatkan wajahnya yang penuh jejak cacar itu pada liang kemaluan Vina. Disana iapun menghirup aroma kewanitaan Vina yang khas dan bersiap menjilatnya. Lalu lidahnya masuk kedalam celah yang masih sempit dan tembam yang dihiasi bulu halus dan tertata rapi. Aromanya membuat Warso seakan ingin lebih lama di celah sempit itu. Rasa asin dan lelehan lendir dari dalam celah itu dilahap Warso tanpa rasa jijik sedikitpun. Vina semakin tidak dapat menyembunyikan rasa nikmat, geli dan gatal pada pusat kewanitaannya saat itu. Selama ia menikah belum pernah merasakan yang namanya oral sex itu. Suaminya belum pernah melakukannya seperti itu. Vina seakan utuh menjadi wanita dan rasa percaya dirinya pun bangkit. Hentakan kaki dan remasan tangannya pada kepala Warso merupakan wujud keinginannya untuk menumpahkan segala rasa yang selama ini terpendam. Warso tahu itulah yang diidamkan wanita muda seperti Vina. Ia ingin Vina dapat bersamanya menikmati rasa keutuhan dalam hubungan sex. Selama ini ia amat kasihan kepada Vina. Elusan jari tangan dan jilatan mulut Warso di kewanitaan Vina melambungkan Vina kealam sorga dunia yang belum pernah dirasakannya bersama laki laki yang dicintainya. Beberapa waktu karena intensitas rabaan dan remasan jari-jari Warso mampu membuat Vina orgasme. Sebagai perwujudan dari rasa kepuasan itu terpancar dari keluarnya cairan lendir yang sedikit asin dari liang kewanitaan Vina. Tanpa merasa jijik Warso melahapnya hingga tandas. Ia pun memegang mitos bahwa meskipun bukan perawan, namun cairan dari liang kemaluan wanita muda seperti milik Vina itu mampu membuatnya awet muda. Melihat kondisi Vina yang telah orgasme dan melewati masa kegersangan itu lalu Warso pun memposisikan tubuhnya sejajar dengan tubuh Vina yang terbaring telanjang dan mengangkang itu. Kepala penisnya telah berdiri menantang siap untuk masuk kedalam sangkar yang berada di antara kedua paha putih dan mengkilap karena lendir dan keringat itu. Dengan masih basah oleh lendir dari vagina Vina,Warsopun meretas jalan buat kemaluannya untuk masuk.Warso menempelkan dan menggosokkan sedikit sedikit kepala kemaluannya ke celah basah itu. Ia ingin Vina merasa gatal dan penasaran menanti detik detik penyatuan kelamin mereka. Celahnya masih kecil dan seret maklum selama ini hanya digunakan untuk kencing dan berhubungan sex dengan suaminya yang ukuran penisnya tidak lebih besar dari kelingking Warso. Dan untunglah dibibir vagina itu masih ada sisa lelehan lendir, lalu dengan perlahan penisnya ia dorong masuk. Karena licin dan sedikit sempit hanya kepala penis yang berbentuk topi baja itu saja yang muat. Warso lalu mendorong dengan pelan-pelan. Ia ingin merasakan saat saat kehangatan celah itu, juga pergeseran dinding kelamin mereka bersama. Karena besar dan panjang, penis itu seolah menemukan liang buntu. "Ough..... aduhhhh... pakkkkk..!!! Pelannnn........!!!!!! Sakittt... grhhh... pakkkkkkkkkkkk............ auggghhhh...." jerit Vina, Sambil mendorong tubuh Warso menjauh. Namun Warso tetap tidak peduli. Kepalang basah kata hatinya. Iapun terus mendorong penisnya masuk perlahan. Gesekan yang ditimbulkan batang penis dan dinding rahim Vina membuat Vina merasakan kesakitan dan nyilu di selangkangannya. Apalagi ia harus menahan bobot tubuh Warso yang terbilang agak berat itu. Mengetahui kondisi dan tidak ingin terlalu membuat Vina tersiksa Warsopun mendorongnya dengan kekuatan penuh. Hingga akhirnya amblas semuanya. Kedua tangannya memegang pinggul Vina dan agar tidak terlepas dari liang itu. Semua itu dilakukan Warso agar Vina tidak mendorong tubuhnya lagi dan melepaskan tubuhnya dari penyatuan alat kelamin mereka itu. Warso tahu bahwa saat itu amat menyiksa Vina karena rasa nyilu dan sakit dikemaluannya. Namun kenikmatan masih dirasakan Warso. Iapun lantas mendiamkan posisi penisnya yang mentok kedasar rahim wanita muda itu. Perasaan hangat yang dihantarkan dari batang penisnya karena berada didalam rahim Vina membuatnya nyaman dan kenikmatan. Ia ingin mendiamkan posisi itu beberapa saat agar liang kemaluan Vina bisa beradaptasi dengan panjang dan ukuran penisnya. Dalam posisi Warso yang berada diatas tubuh Vina saat itu, membuatnya dapat memperhatikan ekspresi wajah Vina meresapi saat-saat di setubuhinya. Dalam pejaman matanya terlihat tetesan air mata yang mulai menggenang dipelupuk mata Vina. Namun itu tidaklan membuat ciut nyali Warso. Baginya niat semula harus terlaksana. Dan semuanya telah berjalan dengan lancar. Tiada lagi jarak diantara mereka berdua. Vina hanya memejamkan matanya. Sebagai wanita dan juga masih istri seorang pria ia masih merasa malu pada dirinya sendiri. Ia tidak mampu memandang mata Warso yang kini telah berada diatas tubuhnya. Tidak ada lagi yang bisa ia sembunyikan dari Warso saat ini, juga batas antara majikan dan sopir, juga batas darah feodal dan materi semuanya telah hancur saat persebadanan dua manusia berlainan jenis ini berlangsung. Kedua tubuh mereka telah menempel erat dan keringat telah bercampur juga, alat kelamin mereka juga telah begitu menyatu. bersambung..

ptp

adf.ly

Popular Posts

amung.us

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites